PANCASILA

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
  5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia


Perlu dipahami kembali butir-butir "Thagut" diatas, supaya yang merasa anti dengan adat dan budaya sendiri kembali sadar di mana bumi dipijak

Get this widget [ Here ]

Senin, 20 September 2010

Asal-Usul Pelinggih Menjang Sluwang Majapahit

Di petik dari : Babad Dalem Majapahit
   
Diceritakan Ida Pandita Siwa Budha yang bergelar Usman Aji dan Ajisaka diutus oleh Ratu Tanah Jawi yang  memelihara Pulau Jawa, karena pulau Jawa adalah sangat suci.

Keberangkatan keduanya ini membawa pengikut sebanyak 5.020 orang laki-perempuan. Yang memerintah di Majapahit pada saat ini Prabu Bhrawijaya V. Tetapi Majapahit dikacaukan oleh Islam sehingga banyak putri beliau lari beragama Islam.

Adapun putri Bhrawijaya V(banyak istri selir) dari Jawa berputra I Bondan Kejawan. Putrinya dari Danuja berputra Arya Damar, putrinya dari Papua berputra I Lembu Peteng .Di kisahkan di tempat lain yaitu Ki Arya Damar memerintah di Palembang dan bergelar Prabu Palembang.

Setelah Majapahit ditinggalkan oleh Arya Damar pergi ke Palembang menjadi Adipati Palembang, ada juga putra beliau yang bernama Arya Sampang yang setelah dewasa diutus untuk ikut kepada kakaknya Arya Damar. Arya Sampang diangkat menjadi patih yang bernama patih Samplangan.
Diceritakan julukan para Arya dari dulu seperti Arya Bleteng, Arya Sentong, Arya Benculuk, Arya Waringin, Arya Belog. Sang Arya Samplangan dulunya memilih Arya Jelantik, Arya Pangrurah Dawuh, Arya Palasan, Arya Dalancang, Arya Sidemen, dan Arya Batan Jeruk dll dst-nya.

Diceritakan kemudian Putri Cina(Putri Cempa) setelah 12 tahun hamil dan lahirlah Raden Patah.
Patih Gajah Mada dan Patih Supandria yang mempunyai tugas yang berbeda seperti Patih Gajah Mada menjadi Penguasa atau Panglima dan Patih Supandria menjadi Empu, Patih Gajah Mada lah yang menurunkan Pasek sebanyak delapan buah sedangkan Patih Supandria mendirikan Warga Pande sebanyak lima buah. Putra dari Patih Gajah Mada bernama I Pasek Pangasih, I Pasek Bandesa I Pasek Tangkas, I Pasek Ngukuhin, I Pasek Pagatepan. Anak Ki Patih Supandria adalah Pande-mas, Pande-gong, Pande-wijil, Pande-wesi yang kesemuanya menjadi pemuka di kerajaan Majapahit.

Juga putri Cina ketika hamil delapan tahun melahirkan Raden Kusen, Raden Patah dan Raden Kusen disuruh menghamba ke Majapahit. Tetapi Raden Patah membelok ke Gresik dan Raden Kusen menuju Majapahit. Raden Patah sesampai di Gresik menghadap kepada-Raden Guru Syeh Maulana. Raden Patah dipungut dan diajar Agama Islam. Setelah Raden Patah mahir dengan ajaran-ajaran Islam, disuruh datang ke Majapahit untuk menggantikan Prabu Majapahit atas asutan Syeh Maulana, Raden Patah mengambil istri yang bernama Dewi Supitah disahkan oleh para pendeta sekalian. Setelah itu atas petunjuk dari Raden Syeh Maulana(Guru Islam dari Arab) mendirikan Kerajaan Demak. Atas perintah dari Raja Majapahit V(ada dalam serat/babad Darmo Gandul ketika Brawijaya V terpaksa ikut Islam),-Raden Kusen menjadi Senapati melakukan penyerangan ke Demak. 
 
Di situ terjadi perdebatan antara kedua orang kakak beradik  tersebut. Dalam peperangan ini wafat lah prabu Demak (Raden Patah). Setelah itu Raden Kusen kembali ke Majapahit menghadap kepada Prabu Brawijaya ke V dan disuruh untuk menyudahinya karena menimbulkan aib sendiri sesama keluarga besar Majapahit, Tetapi para bahudanda Demak seperti Adipati Pengi, Adipati Giri, Adipati Tegal membelot mengadakan penyerangan ke Majapahit atas asutan Syeh Maulana, sehingga Majapahit terdesak, Putra Majapahit Brawijaya V yang bernama Raden Lembu Peteng dilarikan serta disembunyikan di Maospahit. Sang Prabu Oka(Raden Lembu Peteng/Raden Gugur) hasil perkawinan dengan permaisuri beliau/Putra Sah Penerus Kerajaan disuruh mengungsi agar keturunannya yang Sah selamat dari kepungan Islam Demak, terus lari mengungsi siang malam karena dikejar oleh pasukan Demak untuk di Islam-kan, tetapi beliau dibantu oleh seekor Kijang/ Menjangan untuk melarikan diri dan diturunkan di Selat Banyu Arum (Banyuwangi tepatnya di Batu Dodol sekarang).

Perjalanan beliau dilanjutkan ke Bali lewat segara rupek(Pura Segara Rupek sekarang) dan sampai di Pulaki(Singaraja barat sekarang) diiringi oleh para Pendeta Siwa Budha dan rakyat sekalian, Besoknya perjalanannya dilanjutkan sampai ke Batur dan diutusnya Arya Sampang/Arya Samplangan mendirikan puri di Mengwi. Ida Sang Prabu diceriterakan sampai di Puri Gelgel dan mendirikan, Puri yang bernama Puri Smarabawa. Di sini lah Agama Tirta dipertahankan serta dilaksanakan sebagai mana mestinya. Kemudian Sang Prabu Dalem Majepahit menempatkan para Arya seperti Dalem Ketut di Sanur, Arya. Jlantik di Karangasem, Arya Kepakisan ditempatkan di Tegal Ambengan Buleleng, Arya Sidemen di Pangalasan.dsb dst sampai saat ini untuk menghormati Ida Dalem Majapahit maka seluruh Keturunan Beliau termasuk pengiring-pengiring beliau untuk membuat Palinggih/Palungguh Menjangan Seluwang(kijang atau Menjangan yang telah menyelamatkan beliau sampai ke Bali-dwipa..............
   
Diceritakan pasukan/pengikut setia Beliau I Gede Bendesa Manik Mas di Jimbaran yang berasal dari Banjar Gading Wani Tegeh(Pura Tegeh Sari Jimbaran sekarang) ada putranya yang bertempat di Pujungan bernama I Gede Tebya. Putranya di Beratan bernama I Gede Jagra. Diceritakan Ida Padanda Dwijendra/Pranda sakti Wawu Rauh/Sabdopalon=nama Jawa sebagai Pengabih Prabu Brawijaya V(Serat Babad Darmogandul) pergi ke Gelgel diiringkan oleh Ki Bandesa Manik Mas. Ida Padanda sampai di Sumedang, beliau memprelina rakyat sebanyak 800 orang karena putrinya Dewi Swabawa(berstana di Pura Melanting Buleleng sekarang) disembunyikan orang rakyat tersebut. Desa itu kini diberi nama Pulaki.

Para Pangeran dari Purusa seperti I Gede Pasek Gelgel, I Gede Bandesa Manik Mas, I Gede Dangka, I Gede Gaduh, I Gede Ngukuhin, I Gede Tankenyudurian, I Gede Kabayan, I Gede Pamregan, dan I Gede Abyan Tubuh. Para pangeran dari Pradana adalah I Gede Bala Pulasari, I Gede Bandem, I Gede Salahin, I Gede Komoning dan I Gede Lurah. Diceritakan keturunan dari Pangeran I Pasek Gelgel yaitu sebanyak delapan orang yang bernama Pangeran Gelgel, Pangeran Abyan Tubuh, Pangeran Selat, Pangeran Sebetan, Pangeran Dangan, Pangeran Batur dan I Pangeran Anyaran.

Keturunan Pasek Bali yaitu Pasek Kedisan, Pasek Sukawana, Pasek Taro, dan Pasek Celagi, Keturunan I Bandesa Gelgel adalah I Bandesa Gelgel dan I Pangeran Manik Mas. Pangeran Manik Mas menurunkan I Gede Manik Mas dan I Gede Pasar. Badung, I Gusti Nengah Sebetan Karangasem menjalankan daya upaya untuk menghancurkan Ida Dalem Bali(Majapahit Bali ), dengan cara Ida Dalem diutus datang ke Besakih. Tetapi sampai di Karangasem, Sri Aji Dalem dikurung serta dipenjara/ ditawan(Moksah di Besakih) atas kesalahan ini biar tidak tulah sama Sri Aji Dalem Majapahit Bali maka semua harus membikin Palinggih Menjangan Seluwang. Dengan demikian para Putra Dalem lari terlunta-lunta meninggalkan Puri Gelgel tak tentu rimbanya atau misteri..........sehingga BALI ADALAH MAJAPAHIT...........makanya semua masyarakat Bali di Pura Merajan/Leluhur/Kawitannya ada Pelinggih/Palungguh Menjangan Seluwang, berani tidak membikin tanggung sendiri akibatnya kena Tulah/kwalat dari Bhisama Bhatara Dalem Majapahit..........bersambung.
   
Nama/ Judul Babad :
   
Babad Dalem Majapahit.
Nomor/ kode :
   
Va.5961, Gedong Kirtya, Singaraja.
Koleksi :
   
Ajin Dayu Putu Remrem.
Alamat :
   
Geria Bantas, Penarukan, Kerambitan, Tabanan.
Bahasa :
   
Jawa Kuna Tengahan.
Huruf :
   
Bali
Jumlah halaman :
   
56 lembar/halaman.
Ditulis oleh :
   
Da Ba Sa ring Geria Bantas Manuaba Panarukan.
Colophon/ Tahun :
   
Puput sinurat ring rahina Sa., Ka., Wayang, Tang., Ping.5. Sasih 8, rah 6, Teng,, ping,9, Isaka jagat 1896, tahun Masehi 1976. Kasurat antuk titiang Da Ba Sa, ring Geria Bantas Manuaba, Panarukan.
read more...

Selasa, 07 September 2010

MAJAPAHIT, PIS BOLONG DAN BALI BERHUBUNGAN

Uang Kepeng China di Bali masih dipakai Odalan, Bahkan Para Balian Bali bila meramal seseorang membacanya dari Uang Kepeng ini secara kerauhan, Tanggal 1-11-2009 jam 17.00 wita Pratima Prabu Airlangga dipendak dan diiring ke Pura Majapahit GWK, malamnya hujan lebat mengguyur Jimbaran dan Ungasan wilayah GWK, Dan hari ini terulang kembali. (2010).



Pagi yang cerah berkumpul di Pendopo Pura Ibu Jimbaran, Mangku atau Pandita Majapahit versi Keraton Mangkunegaran  dalam Penghargaan PLKJ 2010, Kadek Moyo, Ko Hin, Andik,dll Hyang Suryo mengeluarkan beberapa biji Uang kepeng / China untuk dibacakan artinya kepada Ahli Tulisan China Mbah Lie Hong Tjie, dimana Tulisan Uang Kepeng ini dijelaskan, biarpun hanya "Empat Huruf" tapi dapat diketahui Jaman, Raja yang berkuasa, kapan Uang ini dibuat contoh Cien Lung Thung Pao, dimana uang ini dibuat Pada masa pemerintahan Raja Cien Lung dinasti Ching  1736-1795 M , Jadi empat Huruf pada Uang China ini cukup bisa menjelaskan secara detail riwayat Uang Kepeng itu sendiri, Bahkan menurut Kadek Moyo Balian/Dasaran Bali bila meramal juga menggunakan Uang Kepeng, dan secara Kerauhan bisa menceritakan Riwayat seseorang dan tentunya disertai Sesaji,


Di suasana sangat segar dan adem, tanah masih basah karena malamnya habis hujan yang sebelumnya Bumi Majapahit Bali sangat panas merangas dan hujan ini memang pertanda menyambut Odalan Prabu Airlangga di GWK sebagai titisan Batara Visnu (Air, tirta) pada hari ini dalam kalender Bali Majapahit jatuh pada Brahma Purnama kalima.


Kisah sejarah ini diawali Mbah Lie Hong Tjie menulis dengan tangan yang keriput karena usia, tapi sangat berapi-api menceritakan tanpa gemetaran serta menterjemahkan secara gamblang. Kalimat pertama yang dijelaskan tentang uang kepeng itu mempunyai hubungan dengan sejarah Majapahit yang sudah banyak dilupakan oleh bangsa ini. Uang bolong ini bisa mengungkap sejarah tanpa di rekayasa. Hubungan antara Majapahit, Odalan dan uang bolong bisa dideteksi hanya dari satu uang kepeng yang tulisannya sudah disalin di lontar modern. Salah satunya kutipannya mengatakan, silahkan didiskusikan banner disamping kiri untuk para pakar !.
Mbah Lie Hong Tjie juga menceritakan makna sebuah tulisan/aksara China yang banyak mengandung banyak kisah filosofi untuk sejarah kebudayaan bangsa. Pantas saja aksara/tulisan China dilarang pada masa Orba karena mereka akan mengetahui sejarah bangsa sendiri dan akan membanggakan kebudayaan bangsa sendiri hingga tidak mudah dikibuli oleh yang sekarang mengibuli dengan sejarah dari bangsa arab,israel hingga rakyat ini menjadi tidak memahami sejarah bangsa sendiri...nasib apes dan ironis.


Justru moment odalan di Bali sangat memakai adat dan budaya leluhur salah satu yang membuat sempurna adalah uang kepeng/pis bolong yang juga pada jaman Majapahit uang ini dipakai untuk mempersatukan Nusantara dan ini bukti juga apablia ahli arkeologi maupun masyarakat umum menemukan barang peninggalan pasti ditemukan uang bolong ini. Tidak sahlah Upacara tanpa uang bolong. Majapahit di Bali untung masih ada Sanggah, Merajan, Paibon hingga Pura Kawitan biarpun dikalim Hindu seakan-akan berasal dari India karena disodorkan Kitab Weda. Dan mayoritas KTP di Bali ditulis Hindu. Hanya kalau Odalan dan lain sebagainya masih memakai pis bolong dan banten atau sesaji seperti untuk Mecaru sesuai lontar dan Bhisama leluhur masa Majapahit yang lestari di Bali. Majapahit adalah Siwa Buda konsep berbakti kepada leluhur kalau dijawa di simbolkan Lingga-Yoni atau Orang Tua sebelum menuju Tuhan.









read more...

Minggu, 05 September 2010

MAJAPAHIT DAHA JENGGALA KADIRI MASA KINI

Alun-Alun Daha Dahulu pernah jadi Kantor Bupati Kediri, disini banyak ditemukan Benda Purbakala Patung Patung Dewa Leluhur Kerajaan Daha/Kadiri/Jenggala, Benda Purbakala dipindah ke Musium Gunung Kelotok 15 km dari Alun Alun Doho. 


Ada Sumur Peninggalan Majapahit yang cukup angker ditempat ini, Hari tertentu Ada Dewi Berpakaian Putih keluar dari Sumur, Tak jauh dari Sumur berdiri megah Hotel Bismo, di Alun Alun berdiri Patung Pahlawan Kemerdekaan Bismo. Seberang hotel ada Mal/Pusat Perbelanjaan Baru saja diresmikan, jadi Alun Alun sudah bukan Lapangan tapi seperti Taman saja,dimana Malam hari tempat berjualan serba ada dari sate Bekicot sampai Kambing. Barang pun serba ada dari jepit rambut sampai vidio game. 


Tapi Kesakralan masih menghantui tempat ini, banyak para Spiritualis Meditasi, Semedi ditempat ini mencari Wangsit. Disinilah tempat tinggal Brahmaraja XI bila berada di Kediri, yaitu di Hotel Bismo dimana Beliau masih dipanggil Sang Prabu. Hotel Bismo milik cucu Tan Koen Swie Pahlawan Budaya dan bukunya diakui sebagai 'SEJARAH KOTA KADIRI" yang diakui baik masyarakat maupun Pemerintah Kota Kediri Jawa Timur, Buku itu dilarang dibaca diera Orde Baru 1966-2000'. Yang berisi Ramalan Sabdopalon. Pada 2003 disinilah dipusatkan Ngeruwat Kota Kediri oleh Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto, acara pertama kalinya sejak 500 tahun Keruntuhan Majapahit [berita terdahulu] di Kadiri banyak Kerabat Hyang Suryo, bahkan Leluhurnya disarekan di Gunung Kelotok. 


Peninggalan Sejarah Kota Kadiri sangat sesuai dengan Buku Tan Koen Swie karena bisa dilihat dengan mata telanjang bukan gaib, contoh Patung Totok Kerot/Durga yang di Kepruk Sunan Bonang kini berdiri Tegak dengan bahu kanan sempal/putus kena hantaman/Kepruk'an Sunan Bonang sang Wali yang anti Berhala/Musrik/Tohut/Patung. Desa Gedah yang dikutuk pun masih ada, Bahkan Pada Hari jadi Kota Kadiri 23-3-2002 ketika Brahmaraja XI lagi di Hotel Bismo 'Ono Suworo Tanpo Rupo" suara tanpa ada Orang berbunyi "Nyang ngo Selomangleng" ber ulang-ulang. 


Akhirnya Brahmaraja XI yang biasa dipanggil Eyang Suryo pergi mengikuti suara tadi ke Selomangleng yaitu Guwa Pertapaan Dewi Kilisuci, ternyata sampai disana bertemu seorang Pertapa. " lha, Kowe wis tak enteni ngger, ontong kupingmu apik iso nrimo wisik" Kamu sudah saya tunggu nak, untung telingamu bagus bisa mendengar suara niskala/gaib. 


Demikian Sabda Sang Pertapa, Singkat Cerita Eyang Suryo dipertemukan Prabu Airlangga, Mpu Bharadah, Prabu Joyoboyo, Dewi Kilisuci, Dewi Sekartaji, Panji Asmorobangun, Buto Lucoyo, Para sesari Pepunden sekeliling Gua Selomangleng Gunung Kelotok Kediri [Salinan tertulis, saat itu Buku Tan Koen Swie /Sejarah Kadiri belum diterbitkan] setelah rapat dengan Para Leluhur ini lalu Sang Pertapa memberikan Simbul Tanah Jawa, sepasang Keris Kembar Luk 13 [ada di Puri Gading] setelah pertemuan aneh ini Sang Pertapa berkata "Ngger, Duwe Deluwang karo potelot te? Aku arep nulis kanggo bukti kanggo Wong sing ora percoyo Gaib" Nak, Punya kertas sama alat tulis?, Saya mau nulis agar dapat dipakai bukti bagi orang yang tidak percaya Niskala, Eyang Suryo mengambil kertas di mobil PU AG 7000 NZ kebetulan ada kertas ber Kop Hotel SATELIT [Hyang Suryo Tinggal di Hotel Satelit bila di Surabaya] dan Balpoin, lalu diserahkan kepada Sang Pertapa, 


Lalu pertapa ini menuliskan tentang pertemuan dan siapa yang hadir, waktu itu memang sangat aneh tapi bagi Hyang Suryo biasa saja karena sudah sering bertemu alam lain cuman tidak berani cerita nanti dianggap bohong, kebetulan peristiwa ini Sang Pertapa mengerti membuat tulisan, Tulisannya Ejaan Zaman Belanda U pakai OE [tulisan Tan Koen Swie], Sang Pertapa bilang ini untuk bukti sudah bertemu dirinya. Hyang Suryo mancing bertanya " Mbah Kowe iki sopo to?" lalu dijawab "Lhah kowe Lali yo biyen kan bareng waktu jenengmu Sokro, Lha aku Topo terus tetep ngene lha kowe kan nitis bolak balik" hyang Suryo ya pura-pura ngerti, "oo, Yo Mbah aku rodok lali, mosok Sokro, lha Sokro iku sopo Mbah" lagi coba mancing karena Orang Dahulu tidak sekolah/kuliah dan jujur dijawab " iyo aku maeng kan jambal, yo wis sepurane Bhatoro Indro, pangkatmu luwih duwur" ini sedikit dialog yang diungkap ternyata belakangan ada yang bilang Sakra/Indra. Beliau Sang Pertapa memang Jujur/lugu karena jaman dulu tidak ada sekolah/Universitas, dan Karena Kemanungsan jadi mudah dipancing, kalau alam Roh sulit dipancing, Pertapa ini punya badan kasar, tapi bisa kumunikasi alam lain,jadi badan kasar panca indranya mudah diajak kumunikasi jujur. Jadi peristiwa aneh ini terjadi 23-3-2002 ternyata setahun kemudian 27-3-2003 Hyang Suryo meruwat Kota Kadiri, inipun baru diketahui setelah ditulisnya peristiwa aneh itu hari ini 19-9-2009. 


Kejadian Pertemuan justru Pura Majapahit Trowulan Lagi gawat di serbu dan diancam Bom Karyono dan sudah di tutup di larang kegiatan Hingga Hyang Suryo bisa keluyuran Sowan Leluhur. Karena di Trowulan ditutup itulah Hyang Suryo sering di Kediri atau di Surabaya kemudian Bali. Tulisan Sang Pertapa kini tertempel di Pusat Informasi Pura Ibu Majapahit sebagai bukti ilmiah, Ditambahkan 15-3 2002 Hyang Suryo dilantik sebagai Ketua IX Budaya Sepiritua Asli Nusantara untuk mengurusi Keluarga Mojopait Oleh Prof. DR. RM Wisnuwardhana Suryadiningrat di pendopo Agung Manunggale Kawula Lan Gusti Keraton Suryadiningrat Jogjakarta, kemudian diteruskan Wayangan di Alun Alun Suryodiningratan dengan Lakon 'Turunnya Wahyu Mahkuto Ramo", sepulang dari Jogja masih mampir di Solo Gelar Budaya 2002 di Mangkunegaran, kemudian ke Kadiri bertemu pertapa 23-3-2003. dan 27-3-2003 juga tidak sengaja diminta Meruwat kota Kediri jawa Timur.


Selanjutnya Gelar "Budaya Pemersatu Bangsa" di Bali hingga terwujut Pura Ibu Majapahit Jimbaran untuk Melinggihkan Leluhur agar bisa tetap di Odali, dan Odalan Baru dilaksanakan 9-9-'09 yang lalu dengan sukses, dan masih banyak informasi aneh tapi ditunjang bukti ilmiah, seperti Mahkota Mjapahit, nantikan informasi selanjutnya.***Lebih jauh dijelaskan bahwa Buku Tan Koen Swie / Sejarah Kota Kadiri baru didapat Awal 2009 dimana saat ada Pernikahan salah satu Cicit Tan Koen Swie Undangan Pernikahan dilampiri Sejarah Kadiri karangan Tan Koen Swie buku ini dikirim Pura Ibu awal 2009 setelah di Sah kan menjadi Buku Sejarah Kota Kediri, Juga Mangku GRP. Nokoprawiro membawa Copy Negarakertagama awal 2009 setelah Hyang Suryo meresmikan Candi Gajahmada di Kertosono yang dipugar Yayasan Negarakertagama, yang disebutkan oleh Ketua Yayasan Bpk. Harmoko penterjemahan belum selesai tuntas, sebagian Lontar ada yang terbakar. Ternyata setelah di cocok kan ada kemiripan Tokoh yang disebut dalam buku Tan Koen Swie tentang Buta Locaya. 


Soal nama Sokro ini pernah pada 1968 di Trowulan ketika Melepas Djaini Putra Bpk. Saguh Jurukunci Makam Pendopo Agung, bertemu seorang Pertapa dari Gunung Semeru yaitu Mbah Tjokro juga memangil Eyang Suryo Dik Sokro, ada 2X Orang memanggil Eyang Suryo Sokro/Sakra. Bakan sebuah Foto Kuna 1968 Eyang Suryo pakai Blangkon tercantum nama SOKRO menghormati Mbah/Rama/Eyang Tjokro/Cokro yang memanggil Sokro untuk Eyang Suryo.b Jadi selama ini yang menyebut Eyang Suryo dengan panggilan Sokro 2 Orang yaitu Eyang Semeru dan Eyang Kadiri.
read more...

SABDA PALON, BUDHA & MAJAPAHIT BERKAITAN

Ketika Budha pada hari Tri Suci Waisak 534 SM mokswa mencapai Parinirwana, 9 tahun kemudian yaitu 525 SM.



Beliau turun ditanah Jawa menemui Bhatara Siwa yang masih saudara Beliau yang berstana di Gunung Semeru, dan Sabdopalon berstana di Gunung Merapi. Usia Sabdopalon tahun 2010 adalah 2535 tahun. 


Sejak awal Sabdopalon bertugas Momong mendampingi Raja-Raja penguasa Tanah jawa dengan berpegang teguh Ageman Budha. dengan bukti Para Raja menciptakan Candi Budha terbesar didunia "BOROBUDUR" (juga diklaim Islam sekarang entah Arab).



Pada 1478 M Raja Brawijaya meninggalkan Ageman Budha menjadi islam, Sabdopalon Momong sisa Raja Majapahit yang berageman Budha hingga 1522M. Raja terakhir Budha yaitu Sri Wilatakta Brahmaraja V raja Jenggala.[JayasabhaX/Wisnuwardana VIII]. 


Sri Wilatikta Brahmaraja I / Bhatara Indra /Wisnuwardana I / Jayasabha III. adalah Raja Jenggala yang duplikat Pelinggihnya ada di Besakih. yang pada 1-1-2009 sempat dikunjungi Sri Wilatikta Brahmaraja XI dengan membawa Pratima Permaisuri Brahmaraja I untuk dilinggihkan di Pelinggih Beliau . Jadi Sabdopalon momong secara pisik/sekala berakir 1478 M, tapi secara Niskala beliau momong Raja berageman Budha hingga 1522 dimana Jawa ful dikuasai Raja islam. 


Kemudian secara Niskala Beliau Memimpin para Pandita sisa-sisa Majapahit 1525 menuju Bali dimana Bali harus dipertahankan agar Majapahit tidak punah, kebetulan Raja Bali masih mempertahankan Budha Shiwa ajaran Mpu Kuturan. yang sama dengan Ageman Majapahit. Secara pisik/sekala Pandita Dwijendra/Dahyang wawurawuh datang ke Bali memperkuat Pulau ini agar tidak bisa dimasuki ageman baru islam yang berhasil menguasai jawa. 


Dalam kemarahannya terhadap Raja Brawijaya yang meninggalkan ageman Budha, Sabdopalon mengucapkan janji bahwa klak 500 tahun setelah sirnanya Majapahit Sabdopalon akan datang bersama Momongannya untuk mengembalikan agama Budha ditanah jawa. Salah satu bukti  G.Sinabung meletus.



Sabdopalon juga membuat Pratanda kedatangannya. selisih waktu 1478 sampai 1522 adalah 44 tahun jadi tenggang ini bisa digunakan menggalang kesadaran, yaitu 1978 Aliran Kepercayaan masuk GBHN dimana ilmu kejawen/adat jawa maunya dilestarikan dengan payung hukum, tapi pihak islampun tahu tentang Sabdopalon jadi berusaha menghambat, dengan Bantuan Dajjal Arab yang berusaha menghancurkan adat budaya Majapahit dengan dalih agama islam yang mayoritas yang dipemerintahan R.I ada Juru tuduh sesat untuk menghancurkan budaya jawa, contoh 1965 punden-punden Leluhur dihancurkan,



Adat nyuguh, nyaji, nyumet dupa diberantas agar Leluhur hancur tidak dapat makan, orang pada dicuci otaknya agar membenci tanahnya untuk mencintai arab, agar bangsa ini dikutuk Leluhurnya jadi budak dan tinggal dibawah jembatan arab. bahkan siap mati jihad. (Metro Realitas Metro TV Minggu 05 September 2010 peristiwa Bali)


Pura Majapahit yang selalu odalan dan caru memberi makan Leluhur mau dihancurkan, karna gagal memerintahkan aparat R.I setempat antek arab agar menutup Pura Budaya. mengatasnamakan Mentri agama arab [mentri Budaya dianggap tai, biarpun kepercayaan masuk budaya] Mentri agama penguasa menganggap mentri lain tidak ada karena R.I sudah jadi negara Arab Indonesia karena oknumnya dianggap islam semua, lain islam tumpas. contoh bilkin Gereja sulitnya bukan main, padahal sama-sama muja allah. apalagi aliran lain. Leluhur yang mati belum islam masukpun dihancurkan. padahal hukum tidak boleh surut contoh Ahmadiah sudah ada 1925 hancur. 


Punden Danyang zaman Mjapahitpun hancur dianggap musrik. contoh Pelinggih Tunggulmanik selatan Segaran Trowulan 9-9-1999 jam 9 pagi dihancurkan, Gereja-gereja di Bom, dibakar. Saptodarmo jogya dihancurkan,  kerukunan agama di monas diobrak abrik dipukuli, dibubarkan, bulan puasa warung buka dioprasi pengunjung berlarian dikejar semua ini dipertontonkan di TV online seluruh dunia seolah Indonesia Negara Arab 1000 tahun yang lalu. Bom meledak dimana-mana Ali orang Arab ditangkap penyandang dana.  Bom Jihad Pengantin Surga sesuai Quran atau hadist terjadi baik di Bali Bom I, II juga ditempat lainnya atas kerja keras Densus 88 terungkap oknum atau kelompok keras dari agama Import dari Arab ini.


Demikianlah Indonesia, dimana menyulut Sabdopalon turun membuktikan Sabdanya 500 tahun yang lalu, karena rusaknya mental manusia yang diberi hidup enak ditanah sendiri malah cinta tanah arab.Alun minggah ing daratan/air laut naik kedaratan terbukti sudah, Banjir bandang juga terbukti longsor lumpur, Lindu pengpitu sedino/gempa 7 X sehari terbukti, Wereng Katah angdatengi/banyak wereng, terbukti. Saudagar tuna sedarum/saudagar bangkrut juga terbukti. dsb dst dll. soal detail Sabdopalon sudah banyak ahli memprediksi sampai internet penuh cerita Sabdopalon, biarpun bangsa arab menganggap Tahayul/dongeng biarlah, leluhur bangsa ini selalu dihina, sampai Trima Wahyupun orang jawa tidak boleh, contoh Sadek trima wahyu ditangkap pertapaannya gunung salak dihancurkan. yang boleh trima wahyu hanya orang arab/muhammad. 


Lia Eden ditangkap, pengikutnya dihaancurkan. dan masih banyak dituduh sesat rumahnya dihancurkan semua ini jadi tontonan sehari-hari disamping bencana ramalan Sabdopalon dalam layar TV, Tiap negara punya peramal jawa Prabu Jayabaya, Timur tengah Nastrodamus dll. bahkan Dunia waktu itu belum bulat, setelah Majapahit runtuh orang pada bikin Kapal layar mencari Nusantara sumber rempah-rempah, seperti Barthomeus Diaz, Fascodagama, Columbus menemukan dunia bulat. Sekarang dunia bulat Ramalan Arab ditrapkan di Nusantara tentu saja tidak cocok, yang cocok Jayabaya dan Sabdopalon. Ramalan Timur tengah di Wahyu cocok allah akan menghukum dengan api dari langit, bukan air bah nabi nuh. buktinya Irak kejatuhan Bom Amerika, dijatuhkan dari langit oleh pesawat terbang. jadi kita harus percaya pada ramalan dalam negri, adat, budaya sendiri, bukan import dari arab yang sudah ada ramalan Nubuatan/ramalan raja Nabukatnesar. 


Jadi alangkah lucunya orang jawa tidak percaya ramalan Raja bangsa sendiri yang titisan Wisnu pemlihara alam. inilah penyebab kita buta akan nasib negara sendiri warisan dari Leluhur karena memuja leluhur orang. Gajah didepan mata [Leluhur sendiri]tidak kelihatan, kuman disebrang lautan [arab] tampak jelas. ironis....


Islam menguasai tanah jawa tidak sampai 100 tahun, sebab Belanda saja 350 tahun Jepang 3,5 tahun meedeka 64 tahun, ini bukti islam tidak bisa mempertahankan Nusantara, sebabnya? orang islam arab tidak kenal angkatan laut, hanya numpas didaratan, pesisir dulu dikuasai, baru nyerang kepedalaman. Karena tidak memikirkan A.L maka suplai rempah-rempah ke eropa terbengkalai, negara Barat akhirnya membuat kapal laut sendiri untuk mencari rempah-rempah diawali Bartolomeua Diaz , Vascodagama, Marcopolo dan Columbus yang kesasar ke benua Amerika.



Sampai sekarang siapa yang punya Angkatan laut adalah penguasa dunia contoh : Inggris Singa Lautan, Amerika dengan kapal Induk nya yang bisa muat Pesawat terbang [baru demo di Sulut] sedang kita yang sudah dikuasai arab tidak bisa apa-apa, A.L kapal bekas tidak bisa menjaga Nusantara, pulau diklaim orang, negara dilecehkan, kesenian diklaim negara lain karena kita dianggap arab yang tidak punya seni, dalam negri lebih cinta arab ketimbang budaya sendiri. bangsa kita jadi bangsa kuli ke negri orang, bahkan tinggal dibawah jembatan di arab. 


Mangkanya marilah kita dukung Sabdopalon turun yang akan mengembalikan kejayaan Nusantara seperti Zaman Majapahit kita bersatu dan Negara Gemahripah Loh Jinawi, karena rak'yat nya mencintai Tanah airnya bukan arab. Mencintai Budaya Leluhurnya seperti Odalan, caru, nuguh Leluhur karena tanah subur makmur tidak seperti arab yang kering krontang.



Sekali lagi mari kita Odalan, Caru, nyuguh Leluhur agar kuat kembali tidak dijajah arab/segelintir orang yang mentrapkan tatacara arb 1000 tahun yang lalu. Ayo bangkitlah bangsaku, rak'yatku semuanya jangan kena ditipu budaya arab kuno hingga hilang sudah atau tidak mengenal lagi budaya sendiri akhirnya menjadi bangsa lebih kuno karena pemikiran rakyat sekarang kebanyakan Islam KTP bisa dicek ciri-cirinya adalah yang senang anarkis, koar-koar sesat dan suka mengintimidasi lainnya




















read more...